Selasa, 30 November 2010

Perang Bali III

  • Share
  • [i]

Serangan pasukan Bali di Kusamba.
Perang Bali III merupakan perang yang terjadi antara Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger dengan Kerajaan Bali pada tahun 1849.

Latar belakang

Sudah sejak lama Kerajaan Bali menjalankan tawan karang, yakni hak untuk merampas kapal-kapal yang terdampar di perairan Bali dan seisinya termasuk anak buah kapal sebagai aset mereka. Pada tahun 1841, hak ini diberlakukan atas kapal Belanda; yang kemudian menimbulkan protes, di mana Kerajaan Buleleng, Karangasem dan Klungkung beserta penerusnya bersungguh-sungguh menerapkan hak itu dan menawarkan perompak dan pedagang budak untuk melawan; hingga tahun 1844 perjanjian tersebut dijalankan. Di tahun itu juga, ketika sebuah kapal milik Belanda terdampar di Bali, kapal itu dirompak dan protes atas perlakuan itu diabaikan, yang berarti penguasa Bali melanggar kesepakatan, sehingga pemerintah kolonial di Jawa tak bisa lagi mentoleransi dan melancarkan ekspedisi.

Kegagalan dua ekspedisi terdahulu

Pada bulan Juni 1846, pasukan dan kapal dikerahkan bersama dan dipimpin oleh schout-bij-nacht Engelbertus Batavus van den Bosch; pasukan itu terdiri atas 1.700 prajurit, dan hanya 400 orang saja yang berasal dari Eropa. Pasukan itu dipimpin oleh Letkol. Bakker. Setelah 24 jam, setelah memberikan ultimatum, pada tanggal 28 Juni Buleleng jatuh, orang Bali menarik diri dan berlindung di Singaraja. Hampir tidak mungkin bagi pasukan Hindia-Belanda kembali ke Batavia atau hak tawan karang itu diperbaharui terhadap kapal-kapal Inggris dan Belanda .
Ekspedisi kedua dipimpin oleh Jend. Carel van der Wijck; pada tanggal 7 Juni pasukan tersebut mendarat di pantai utara Buleleng. Desa Bungkulan adalah yang pertama kali takluk setelah perlawanan gencar dan Jagaraga, pusat kekuatannya, jatuh; setelah perlawanan berkepanjangan pasukan Hindia-Belanda harus kembali ke Jawa; sepersepuluh bagian dari ABK-nya yang tak ikut bertempur diculik, banyak perwira yang dibunuh. Sekarang panglima tertingginya memutuskan kembali ke Jawa dan ekspedisi ketiga harus diluncurkan untuk membalas kekalahan itu.

Ekspedisi ketiga


Barisan Batalyon VII di Sangsit.
Pimpinan ekspedisi ketiga dipegang oleh Jend. Andreas Victor Michiels, yang dipanggil dari Pesisir Barat Sumatera, dan pada bulan November 1848 mendapatkan kesempatan inspeksi ke sana. Dengan urusan tersebut, yang sejauh itu bisa diketahui, ia kemudian ditempatkan untuk memimpin angkatan perang sebanyak 5.000 prajurit dan 3.000 kuli di bulan Maret 1849, dan semuanya diberangkatkan ke Bali. Pada tanggal 28 Maret, Michiels memimpin pasukannya ke Buleleng dan 2 hari kemudian ke Singaraja tanpa banyak perlawanan, dan esoknya sebuah perundingan diusahakan terhadap kerajaan tersebut; namun gagal. Dari sini, Michiels merencanakan serangan ke Jagaraga; di saat yang sama sebagian pasukan, di bawah pimpinan Jan van Swieten, sibuk menahan pasukan di depan, dan May. Cornelis Albert de Brauw (bersama tokoh lain seperti Willem Lodewijk Buchel, Johannes Root dan Karel van der Heijden) melakukan beberapa kerja tak resmi yang dengan cepat dapat menduduki. Hingga pagi hari, pengurangan di bagian barat dirasakan dan serangan di depan oleh Van Swieten diulang kembali, yang setelah itu Jagaraga jatuh dan pasukan Bali melarikan diri.

Pasca perang

Pada tanggal 8 Mei, Michiels bertolak ke Teluk Labuhan Amuk di Padang Cove (sekarang Padangbai), Karangasem, yang sebelumnya Toontje Poland sudah tiba. Pada tanggal 24 Mei, Michiels meneruskan perjalanan ke Kusamba dan menguasai kampung itu tanpa masalah. Di pagi berikutnya perjalanan itu berlanjut, namun di malam hari pasukan Bali melancarkan serangan atas kampung itu, dan dalam serbuan itu Michiels terluka parah di pahanya dan tewas saat itu juga setelah diamputasi. Di pagi berikutnya Van Swieten, yang sudah diangkat sebagai panglima, juga kembali ke Padang Cove; setelah perundingan di Kusamba gagal kembali (10 Juni) dan meminta penyerahan mereka. Pada tanggal 12 Juni persetujuan tercapai, di mana Jembrana dinyatakan sebagai bagian dari Hindia-Belanda dan Kerajaan Bangli digabungkan ke Buleleng. Penyelesaian itu diratifikasi oleh Jan Jacob Rochussen dan menjadi dasar bagi penguasaan Belanda atas Bali.

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe / Share

 
klik [disini] untuk ikuti aku di Facebook . . . . . . setelah baca jangan lupa kunjungi buku tamunya ya!